Zoltan P. Dienes adalah seorang guru
matematika (Pendidikan di Hongaria, Inggris, dan Prancis), telah mengembangkan
minatnya dan pengalamannya dalam pendidikan matematika. la telah mengembangkan
sistem pengajaran matematika dan berusaha agar pengajaran matematika menjadi
lebih menarik serta lebih mudah untuk dipelajari. Dasar teorinya sebagian
didasarkan atas teori Peaget. Dienes memandang matematika sebagai
pelajaran struktur, klasifikasi struktur, relasi-relasi dalam struktur, dan
mengklasifikasikan relasi-relasi antara struktur. Ia percaya bahwa setiap
konsep matematika akan dapat dipahami dengan baik oleh siswa apabila disajikan
dalam bentuk konkret dan beragam. Menurut pengamatan dan pengalaman umumnya
anak-anak menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan
matematika sederhana. Meskipun banyak pula anak-anak yang setelah belajar matematika yang sederhana banyak pula
yang tidak dipahaminya, atau banyak konsep yang dipakai secara keliru. Di sini
mereka melihat matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar ruwet dan memperdayakan.
Selanjutnya Dienes menggunakan istilah
konsep dalam artian struktur matematika yang mempunyai arti lebih luas dari pada
pengertian konsep menurut Gagne. Menurut Gagne, konsep adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda ke dalam contoh dan bukan contoh,
seperti suatu segitiga dengan yang bukan segitiga, antara bilangan asli dengan
yang bukan bilangan asli, dan seterusnya. Sedangkan menurut Dienes konsep
adalah struktur matematika yang mencakup konsep murni, konsep notasi, dan
konsep terapan.
Dengan prinsipnya yang disebut
penyajian beragam, bahwa kesiapan siswa untuk mempelajari konsep-konsep matematika
itu dapat dipercepat. Menurut Dienes, agar anak bisa memahami konsep-konsep
matematika dengan mengerti maka haruslah diajarkan secara berurutan mulai dari
konsep murni, konsep notasi dan berakhir dengan konsep terapan. Konsep murni matematika adalah ide-ide
matematika mengenai pengelompokan bilangan dan relasi antara bilangan-bilangan,
misalnya enam, 8, XII, dan IIII adalah konsep bilangan genap yang disajikan
dengan konsep yang berbeda. Konsep notasi matematika adalah sifat-sifat
bilangan sebagai akibat langsung dari cara bilangan itu disajikan, misalnya 249
artinya 2 ratusan, ditambah 4 puluhan, ditambah 9 satuan adalah akibat dari
notasi posisi yang menentukan besarnya bilangan. Konsep terapan matematika
adalah penggunaan konsep murni dan konsep notasi matematika untuk memecahkan
masalah matematika. Panjang, luas, dan isi adalah konsep terapan matematika
yang diajarkan setelah siswa mempelajari konsep murni dan konsep notasi. Lebih lanjut lagi, Dienes mengemukakan
bahwa konsep-konsep matematika itu akan lebih berhasil dipelajari bila melalui
tahapan tertentu. Seperti halnya perkembangan mental dan Peaget, bahwa mulai
dan tahap awal sampai dengan tahap akhir berkembang berkelanjutan. Tahapan
belajar menurut Dienes itu ada enam tahapan secara berurutan, yaitu seperti berikut.
Tahap
1. Bermain bebas (Free
Play). Pada tahap awal ini anak-anak bermain bebas tanpa diarahkan dengan
menggunakan benda-benda matematika konkret. Siswa belajar konsep matematika
melalui mengotak-katik atau memanipulasikan benda-benda konkret. Tugas guru adalah menyediakan benda-benda konkret yang bisa menyajikan konsep-konsep matematika.
Pada tahap ini guru tidak seperti biasa mengajar matematika, dengan cara
terstruktur dan pengarahan, namun demikian tetap ini penting bagi anak dalam
belajar konsep matematika. Di sini anak pertama kali mengalami banyak komponen
konsep melalui interaksi dengan lingkungan belajar yang berisi penyajian
konkret dari konsep. Anak membentuk mental dan sikap sebagai persiapan memahami struktur matematika dari konsep.
Tahap
2. Permainan (Games).
Pada tahap kedua ini, anak mulai mengamati pola dan keteraturan yang terdapat
dalam konsep. Mereka akan memperhatikan bahwa ada aturan-aturan tertentu yang
terdapat dalam suatu konsep tertentu, tetapi tidak terdapat dalam konsep-
konsep lainnya. Melalui permainan, siswa diajak untuk mulai mengenal dan
memikirkan struktur-struktur matematika. Dengan berbagai permainan untuk
penyajian konsep-konsep yang berbeda, akan menolong anak untuk bersifat logis
dan matematis dalam mempelajari konsep-konsep tersebut. Misalnya, bermain
berjejer membentuk garis lurus, berjejer membentuk lingkaran, melangkah maju
mundur untuk menanamkan konsep bilangan bulat positif dan negatif, mengumpulkan
bangun-bangun segitiga dan sekumpulan bangun-bangun geometri dan sebagainya.
Tahap
3. Penelaahan Kesamaan Sifat (Searching for Communities). Pada tahap ini siswa mulai diarahkan
pada kegiatan menemukan sifat- sifat kesamaan dalam permainan yang sedang
diikuti. Dalam melatih mencari kesamaan sifat ini, guru perlu mengarahkan
mereka dengan mentranslasikan kesamaan struktur dan bentuk permainan lain. Pada
tahap ini siswa mulai belajar membuat abstraksi tentang pola, keteraturan,
sifat-sifat bersama yang dimiliki dari model-model yang disajikan. Misalnya
dari berbagai benda segitiga, segitiga dari kawat, segitiga dari karet pada
papan berpaku, dengan berbagai ukuran dan berbagai bentuk segitiga (semabarang,
tumpul, lancip, samasisi, samakaki, siku-siku), siswa membuat atraksi tentang
konsep segitiga. Bahwa untuk sembarang segitiga, segitiga itu sisinya lurus dan
ada 3 buah demikian pula dengan titik sudutnya ada 3 buah . Dari pengalaman
tentang konsep segitiga ini siswa bisa membedakan yang
mana segitiga dan yang mana yang bukan segitiga. Contoh lainya tentang konsep
bilangan genap. Para siswa diajak mencoba membagi beberapa bilangan oleh 2
dengan beberapa contoh sedemikian rupa sehingga selalu bersisa nol atau dengan
kata lain habis dibagi oleh 2.
Tahap
4. Representasi (Representation).
Pada tahap ke-4 ini, para siswa mulai belajar membuat pernyataan atau
representasi tentang sifat- sifat kesamaan suatu konsep matematika yang
diperoleh pada tahap penelahaan kesamaan sifat (tahap 3). Representasi ini
dapat dalam bentuk gambar, diagram, atau verbal (dengan kata-kata atau ucapan).
Dalam menyajikan konsep segitiga itu, siswa dapat menggunakan gambar segitiga
atau mengucapkannya bahwa segitiga itu sisinya ada tiga buah dan titik sudutnya
ada tiga buah. Bilangan genap itu adalah bilangan yang dibagi oleh 2 sisanya
nol.
Tahap
5. Simbolisasi (Symbolization).
Pada tahap ke-5 ini, siswa perlu menciptakan simbol matematika atau rumusan
verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang representasinya sudah diketahuinya pada tahap ke 4. Simbol segitiga
adalah D,
simbol untuk bilangan genap adalah 2n dengan n adalah bilangan bulat.
Tahap
6. Formalisasi (Formalitation).
Tahap formalisasi merupakan tahap yang terakhir dan belajar konsep menurut
Dienes. Pada tahap mi siswa belajar mengorganisasikan konsep-konsep membentuk secara formal, dan harus sampai
pada pemahaman aksioma, sifat, aturan, dalil sehingga menjadi struktur dari
sistem yang dibahas. Dalam tahapan ini anak bukan hanya sekadar mampu
merumuskan teorema serta membuktikannya secara deduktif, tetapi harus sampai pada suatu sistem yang berlaku
dari pemahaman konsep- konsep yang terlibat satu sama lainnya. Misalnya
bilangan bulat dengan operasi penjumlahan beserta beberapa sifatnya seperti
tertutup, pengelompokan, adanya unsur satuan (identitas), dan mempunyai unsur
lawan (invest) membentuk sebuah sistem matematika. Tahap ke-6 ini di luar
jangkauan anak usia SD.
Dari uraian di atas tentang teori belajar Dienes dalam pembelajaran matematika, secara singkat dapat kita garisbawahi pada hal-hal berikut.
Dari uraian di atas tentang teori belajar Dienes dalam pembelajaran matematika, secara singkat dapat kita garisbawahi pada hal-hal berikut.
a. Pada proses pembelajaran matematika
kita harus memperhatikan tahapan siswa memahami konsep, yaitu tahap bermain
bebas, permainan, penelaahan kesamaan sifat, representasi, penyimbolan, dan
pemformalan.
b. Dalam mengajarkan matematika supaya
digunakan alat peraga atau model dan pengajarannya harus beranekaragam serta
sesuai dengan konsep yang akan ditanamkan. Salah satu di antaranya adalah
dengan bermain, mengingat dunia anak bermain.
0 komentar:
Posting Komentar